di ketinggian ini
aku terus merayapi tebing
yang mulai menggantung
diantara keletihan dan semangat yang bersatu
dengan penuh harap dan sisa energi ku
aku terus meraih-raih..
menggapai-gapai celah-celah batu
jemari ku sudah mulai perih,
mengait pada sebuah rekahan
keringat dingin mengucur
kaki ku bergemetar lemas
bertahan pada sebuah gundukan rumput
yang menempel di dinding
perlahan-lahan
akar rumput itu mulai tercerabut
gundukan itu mulai turun
oleh beban pijakan kaki ku
upss..
gundukan itu tak bertahan lagi nopang beban badan ku
jatuh berderai, bersama batu yang rapuh..
kini
aku terayun-ayun menggantung
hanya dengan dua jari tangan kananku
kakiku tak berpijak lagi
sementara tangan kiriku
meraih-raih, menggapai-gapai penuh harap
kalau kalau masih ada lagi
tonjolan atau rekahan di dinding batu itu
untuk bertahan
inilah akhir perjalanan ini
antara sadar dan tidak
terbayang sekilas wajahmu
lidahku kelu mengucap :
” selamat tinggal sayang ”
Selasa, 26 Mei 2009
Senin, 18 Mei 2009
aku bukan diam
aku terbungkam bukan diam
dengarlah..
aku tetap berkata dan bicara lugas dan lantang
tak ada yang bisa menghalangi
biarkan angin yang menyampaikan pesan dan janji
tentang kejujuran, cinta dan kasih sayang
kepada sang mawar dan anakannya
yang tumbuh tegar di beranda rumahku yang reyot
pecahkanlah ubun-ubunku yang sombong ini
sayat dan hujamkan lah belati di hatiku yang keras ini
agar engkau mengerti makna putih dan merah
aku hanya terbungkam bukan diam
dengarlah..
meski parau,
aku sedang menyanyikan lagu-lagu
bersama kicau burung di pagi hari
bersama mentari dan sang rembulan
menghalau sunyi yang kembali datang mencekam***
dengarlah..
aku tetap berkata dan bicara lugas dan lantang
tak ada yang bisa menghalangi
biarkan angin yang menyampaikan pesan dan janji
tentang kejujuran, cinta dan kasih sayang
kepada sang mawar dan anakannya
yang tumbuh tegar di beranda rumahku yang reyot
pecahkanlah ubun-ubunku yang sombong ini
sayat dan hujamkan lah belati di hatiku yang keras ini
agar engkau mengerti makna putih dan merah
aku hanya terbungkam bukan diam
dengarlah..
meski parau,
aku sedang menyanyikan lagu-lagu
bersama kicau burung di pagi hari
bersama mentari dan sang rembulan
menghalau sunyi yang kembali datang mencekam***
Minggu, 03 Mei 2009
aku bukan ranting yang patah
aku bukan ranting yang patah
oleh semilir angin sepoi-sepoi
aku adalah tebing karang
yang menantang ombak menerjang
antara kita.....
garis lingkaran itu,
telah bersinggungan dan beririsan
telah terbangun ruang
dan taman bunga yang berwarna-warni
untuk kita berdua
membagi duka, tawa, canda
meredakan dera dan perihnya luka
tak kuhiraukan lagi
atap bumi akan runtuh
ombak badai akan menerjang
aku akan tetap berjalan
sampai gerhana itu datang
menembus batas cakrawala
menerjang kabut dan awan
terbang menggapai langit
menyelam ke dasar lautan
menemukan mutiara hati mu***
oleh semilir angin sepoi-sepoi
aku adalah tebing karang
yang menantang ombak menerjang
antara kita.....
garis lingkaran itu,
telah bersinggungan dan beririsan
telah terbangun ruang
dan taman bunga yang berwarna-warni
untuk kita berdua
membagi duka, tawa, canda
meredakan dera dan perihnya luka
tak kuhiraukan lagi
atap bumi akan runtuh
ombak badai akan menerjang
aku akan tetap berjalan
sampai gerhana itu datang
menembus batas cakrawala
menerjang kabut dan awan
terbang menggapai langit
menyelam ke dasar lautan
menemukan mutiara hati mu***
Langganan:
Postingan (Atom)