Selasa, 26 Mei 2009

OverHang

di ketinggian ini
aku terus merayapi tebing
yang mulai menggantung
diantara keletihan dan semangat yang bersatu
dengan penuh harap dan sisa energi ku
aku terus meraih-raih..
menggapai-gapai celah-celah batu

jemari ku sudah mulai perih,
mengait pada sebuah rekahan
keringat dingin mengucur
kaki ku bergemetar lemas
bertahan pada sebuah gundukan rumput
yang menempel di dinding

perlahan-lahan
akar rumput itu mulai tercerabut
gundukan itu mulai turun
oleh beban pijakan kaki ku

upss..
gundukan itu tak bertahan lagi nopang beban badan ku
jatuh berderai, bersama batu yang rapuh..

kini
aku terayun-ayun menggantung
hanya dengan dua jari tangan kananku
kakiku tak berpijak lagi
sementara tangan kiriku
meraih-raih, menggapai-gapai penuh harap
kalau kalau masih ada lagi
tonjolan atau rekahan di dinding batu itu
untuk bertahan

inilah akhir perjalanan ini
antara sadar dan tidak
terbayang sekilas wajahmu

lidahku kelu mengucap :
” selamat tinggal sayang ”

1 komentar:

  1. Di ketinggian engkau terlalu berani, menantang langit untuk berduel dengan disaksikan elang sebagai penonton, ketika kabut menebarkan aroma dinginnya, keberanianmu menepis. di ketinggian engkau melecehkan grafitasi, hingga batu itu memanggilmu untuk turun. Jika hanya dua jari yang menopang hidupmu. Kepada kekalahan yang mana engkau tersudutkan...

    BalasHapus